Jumat, 10 Maret 2017

Bom Panci: Pesan Teror ISIS dan 'Calon Pengantin' Perempuan

Bom Panci: Pesan Teror ISIS dan 'Calon Pengantin' Perempuan

, CNN Indonesia
Bom Panci: Pesan Teror ISIS dan 'Calon Pengantin' Perempuan Mabes Polri saat menggelar konferensi pers soal pelaku bom panci Yayat Cahdiyat. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga dan jajaran pegawai di lingkungan kantor Kelurahan Arjuna, Bandung, baru saja memulai aktivitasnya saat seorang pria bernama Yayat Cahdiyat melajukan sepeda motor sambil membawa sebuah panci, pagi itu.

Konsentrasi mereka mendadak buyar dan berganti kepanikan lantaran panci yang dibawa Yayat meledak di taman dekat kantor mereka, Senin (27/2).

Polisi belakangan mengonfirmasi bahwa panci yang dibawa oleh Yayat adalah bom rakitan berdaya ledak rendah.

Bom panci bukan modus baru dalam aksi terorisme. Bom rakitan itu pertama kali diketahui meledak saat aksi teror di Amerika Serikat dalam acara Boston Marathon pada 2013.

Di Indonesia, istilah bom panci mulai mencuat setelah seorang perempuan bernama Dian Yuli Novi ditangkap Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, akhir tahun lalu.

Perempuan itu diduga berniat meledakkan diri dengan bom panci saat acara serah terima jaga pasukan pengamanan presiden (Paspampres) pada 12 Desember 2016.

Pengamat terorisme Wawan Purwanto mengatakan, media panci sebenarnya memang ditujukan untuk para 'calon pengantin' perempuan. Istilah 'calon pengantin' biasa digunakan di dunia terorisme untuk menyebut seseorang yang hendak melakukan bom bunuh diri. Menurut Wawan, penggunaan panci dilakukan untuk menghindari kecurigaan masyarakat.

"Sebenarnya penggunaan bom panci ini untuk pelaku perempuan. Karena perempuan pekerjaannya kan itu, jadi wajar orang melihatnya, tidak mencurigakan. Ini semua hanya kamuflase agar gerakannya tidak mencurigakan," ujar Wawan kepada CNNIndonesia.com.
Wawan mengatakan, daya ledak sebuah bom tergantung pada material yang digunakan, bukan media yang digunakan.

"Kalau daya ledak itu bergantung material yang ada detonator, potassium, belerang, paku, kaca, dan sebagainya. Jadi bergantung kalau bahan campuran bagus dan banyak, tidak masalah pancinya," ujar Wawan.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan bom panci belakangan ini marak digunakan kelompok teror, terlebih oleh mereka yang berafiliasi dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Ini salah satu cara ISIS mendiseminasi informasi, agar pesan teror bisa tersampaikan," kata Boy, kemarin.

Nama Yayat sendiri tercatat pernah menyatakan diri berbaiat dengan ISIS saat masih beraktivitas di Malang, Jawa Timur, bersama terduga teroris yang tewas saat ditangkap di Jatiluhur, Abu Sofi alias Saeful Azis alias Rida Budi Santoso.

Boy mengatakan, ada dua alasan mengapa panci menjadi media yang dipilih oleh para pelaku teror saat ini. Pertama, cara merakitnya beredar luas di media sosial. Kemudian, bahan perakitnya terbilang mudah dikumpulkan.
Kasus yang berkaitan dengan bom panci, kata Boy, dapat ditemukan di sejumlah negara. Hasil olah tempat kejadian perkara menunjukan banyak kemiripan dengan ledakan bom panci di negara-negara lain.

Aksi teror yang menggunakan bom panci dan dilakukan oleh aktor yang berhubungan dengan ISIS pada 2016 terjadi di New Jersey dan New York, Amerika Serikat pada 19 September.

Seorang pria bernama Ahmad Khan Rahami diduga berada di balik peristiwa yang melukai puluhan orang tersebut. Ia ditangkap keesokan harinya di daerah yang sama.

Berangkat dari modus ISIS ini, Boy mengimbau masyarakat untuk mewaspadai jika ada pria yang membeli panci dalam jumlah banyak. Menurutnya, bisa jadi panci tersebut digunakan untuk merakit bom.

"Jadi kalau ada laki-laki beli panci atau rice cooker banyak-banyak, patut dicurigai. Coba ditanyakan pedagang atau bukan," tuturnya. (gil)

sumber :http://www.cnnindonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar